Penampakan Wakil Panglima OPM Mayer Wenda yang Tewas Ditembak di Papua Pegunungan: Kisah di Balik Kontak Tembak dengan TNI
News Sorendiweri– TNI merilis foto-foto terakhirnya sebelum tewas dalam kontak tembak di Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan. Sebagai Wakil Panglima Kodap XII/Lanny Jaya di bawah bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM), Mayer Wenda dikenal sebagai salah satu pentolan yang aktif dalam berbagai aksi bersenjata di wilayah pegunungan Papua. Kematiannya menjadi sorotan publik, sekaligus memantik pertanyaan tentang dinamika konflik yang masih berlangsung di Bumi Cenderawasih.
Sosok Mayer Wenda: Dari Aktivis Hingga Wakil Panglima OPM
Mayer Wenda bukanlah nama asing dalam lingkup pergerakan OPM. Menurut sumber intelijen, pria berambut keriting yang kerap menutupi kepalanya dengan noken hitam ini telah lama terlibat dalam aksi-aksi bersenjata melawan aparat keamanan. Ia diduga bertanggung jawab atas sejumlah serangan terhadap pos-pos TNI dan Polri, serta aksi pembakaran infrastruktur publik di Lanny Jaya dan sekitarnya.
Dalam foto yang dirilis TNI, Mayer terlihat duduk dengan brewok tebal menghiasi wajahnya. Tangannya memegang erat senjata api, sementara sebuah tas berwarna gelap tergeletak di sampingnya. Jaket hitam yang dikenakannya menambah kesan sangar, mencerminkan kehidupan gerilya yang dijalaninya di hutan-hutan Papua.

Baca Juga: Komnas HAM Turunkan 26 Anggota Pantau PSU Pilkada Papua, Ini Fokus Pengawasannya
Detik-Detik Kontak Tembak yang Berakhir Tragis
Operasi pengejaran Mayer Wenda bukanlah hal baru. TNI telah lama memantau pergerakannya, terutama setelah Mayer diduga terlibat dalam serangkaian aksi teror yang mengancam stabilitas keamanan di Papua Pegunungan.
Berdasarkan keterangan Kolonel Inf Kristomei Sianturi, juru bicara TNI, kontak tembak terjadi di sebuah lokasi terpencil di Lanny Jaya. Pasukan TNI yang melakukan patroli rutin mendeteksi pergerakan sekelompok bersenjata. Setelah dilakukan penyergapan, terjadi baku tembak yang berlangsung singkat namun intens.
“Kami telah mengidentifikasi Mayer Wenda sebagai target operasi. Dia adalah salah satu otak di balik gangguan keamanan di wilayah ini,” tegas Kristomei dalam konferensi pers.
Dalam insiden tersebut, Mayer Wenda tewas di tempat. Tidak ada korban jiwa di pihak TNI. Senjata dan sejumlah dokumen diamankan sebagai barang bukti.
Reaksi OPM dan Masyarakat Sipil
Kematian Mayer Wenda langsung memicu reaksi beragam. Kelompok pro-OPM di media sosial menyebutnya sebagai “pahlawan yang gugur dalam perjuangan”. Sementara itu, pemerintah Indonesia menegaskan bahwa operasi ini adalah bagian dari upaya menegakkan hukum dan melindungi warga sipil dari ancaman kekerasan bersenjata.
“Ini bukan sekadar operasi militer, tapi bagian dari tanggung jawab negara untuk menjaga keutuhan NKRI,” ujar seorang pejabat TNI yang enggan disebutkan namanya.
Di sisi lain, aktivis HAM Papua mendesak agar investigasi independen dilakukan untuk memastikan tidak ada pelanggaran HAM dalam operasi tersebut. Mereka juga meminta dialog damai sebagai solusi jangka panjang untuk mengakhiri konflik di Papua.
Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan Dasar Hukum
Kristomei menegaskan bahwa operasi ini merupakan bagian dari Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Perubahan atas UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.
“TNI tidak hanya bertugas di medan perang, tetapi juga dalam operasi pengamanan wilayah untuk melindungi masyarakat dari ancaman kelompok bersenjata,” jelasnya.
OMSP sendiri mencakup berbagai misi, mulai dari penanganan pemberontakan, bantuan kemanusiaan, hingga pemulihan keamanan di daerah rawan konflik.
Apa Dampaknya bagi Keamanan Papua?
Kematian Mayer Wenda tentu menjadi pukulan telak bagi jaringan OPM di Lanny Jaya. Namun, pertanyaan besarnya adalah: apakah ini akan mengurangi aksi-aksi bersenjata di Papua, atau justru memicu balas dendam?
Sejarah konflik Papua menunjukkan bahwa setiap kali ada pemimpin OPM yang tewas, seringkali diikuti dengan aksi pembalasan. Namun, TNI menyatakan kesiapannya untuk terus mengamankan wilayah dan memutus rantai kekerasan.
“Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk menciptakan perdamaian,” kata Kristomei.
Penutup: Konflik yang Belum Berakhir
Kematian Mayer Wenda mungkin menjadi akhir dari perjalanan seorang pejuang OPM, tetapi konflik di Papua masih jauh dari kata selesai. Solusi komprehensif, mulai dari pendekatan keamanan hingga dialog inklusif, tetap dibutuhkan untuk memutus lingkaran kekerasan yang telah berlangsung puluhan tahun.
Sementara foto terakhir Mayer Wenda dengan senjata di tangannya menjadi simbol perlawanan bagi sebagian orang, bagi Indonesia, ia adalah bagian dari daftar panjang masalah keamanan yang harus diselesaikan demi masa depan Papua yang lebih damai.








