, ,

Polda Papua Gelar Coffee Morning, Forkopimda dan Tokoh Masyarakatakat

by -227 Views
cek disini

Dari Secangkir Kopi, Tumbuh Komitmen: Forkopimda dan Tokoh Papua Bersatu untuk Kedamaian Pasca PSU

News Sorendiweri– Di ruang Aula Rastra Samara, Mapolda Papua, aroma kopi pagi bercampur dengan semangat persaudaraan yang hangat. Namun, lebih dari sekadar seruputan kopi, pertemuan pagi itu menuangkan fondasi yang kokoh untuk masa depan Tanah Papua. Polda Papua, melalui kegiatan “Coffee Morning”, menyatukan hati dan pikiran Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah), tokoh agama, masyarakat, dan adat dalam sebuah misi bersama: menjaga Papua yang damai, stabil, dan bersatu pasca proses Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilihan Gubernur 2025.

Acara yang berlangsung khidmat ini bukan sekadar seremoni biasa. Ia hadir sebagai ruang refleksi kolektif dan upaya proaktif untuk memperkuat kebersamaan dalam menyikapi dinamika sosial politik yang kerap mengikuti sebuah proses demokrasi, terutama yang sepenting dan sesensitif Pilgub.

Tampak hadir sebagai pilar utama dalam pertemuan ini, Wakapolda Papua Brigjen Pol. Dr. Faizal Ramadhani, S.Sos., S.I.K., M.H., yang mewakili Kapolda Papua. Kehadiran pimpinan tinggi TNI, yakni Kasdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Thefy A. Zebua dan perwakilan dari Kolonel (Laut) Bambang Abdullah B.R., menegaskan bahwa sinergi TNI-Polri adalah tulang punggung keamanan yang tak tergoyahkan. Hadirnya seluruh Pejabat Utama (PJU) Polda Papua melengkapi komitmen tegaknya hukum dari seluruh jajaran.

Kedamaian adalah Harga Mati: Seruan yang Menggema

Dalam sambutan Kapolda Papua yang dibacakan dengan penuh wibawa oleh Wakapolda Brigjen Faizal Ramadhani, disampaikan pesan yang tegas namun penuh kearifan. “Kedamaian di Papua adalah harga mati,” demikian bunyi kalimat pembuka yang langsung menancap di benak semua peserta. Pernyataan ini bukan retorika kosong, melainkan sebuah prinsip fundamental yang harus dipegang oleh semua pihak.

Wakapolda menegaskan bahwa perbedaan pendapat, kritik, dan persaingan politik adalah bagian yang wajar dari demokrasi, namun ia harus dikelola dengan bijak. “Perbedaan tidak boleh berubah menjadi permusuhan, kritik tidak boleh menjadi kebencian, dan persaingan politik tidak boleh diwariskan menjadi perpecahan sosial,” tegasnya. Metafora yang digunakan sungguh powerful: “Papua adalah rumah kita bersama, mari kita rawat dengan persaudaraan.” Sebuah pengingat bahwa di atas segala perbedaan, ikatan sebagai satu keluarga besar Papua adalah yang utama.

Coffee Morning Polda Papua dan Forkopimda, Satukan Komitmen Jaga Papua Damai Pasca PSU

Baca Juga: Freeport Ungkap 130 Spesies Baru di Papua, Bukti Komitmen Konservasi di Ujung Indonesia

Melawan Bara di Balik Layar: Hoaks dan Ujaran Kebencian

Di era digital seperti sekarang, ancaman terbesar terhadap perdamaian seringkali tidak datang dari pertempuran fisik, melainkan dari perang narasi di dunia maya. Brigjen Faizal dengan jeli menyoroti bahaya laten ini. Ia memperingatkan bahwa narasi provokatif, berita bohong (hoaks), dan ujaran kebencian ibarat “bara dalam sekam” yang siap membakar harmoni sosial yang telah dibangun dengan susah payah.

“Bila tidak segera kita redam, semua itu akan menjadi bara yang membakar harmoni sosial di Papua. Karena itu, kita semua harus berdiri di garda terdepan untuk menutup ruang provokasi dan mengokohkan kembali persaudaraan,” serunya. Seruan ini merupakan ajakan untuk menjadi “prajurit digital” yang aktif menyebarkan konten positif dan meluruskan informasi yang menyesatkan.

Ajakan untuk Menjadi Teladan: Peran Mulia Para Tokoh

Pesan kemudian bergulir pada sebuah ajakan yang mulia. Brigjen Faizal tidak hanya meminta kepatuhan, tetapi mengajak semua tokoh yang hadir untuk menjadi “teladan bagi umat dan masyarakat.” Ini adalah pengakuan atas peran sentral dan pengaruh besar yang dimiliki oleh tokoh agama, adat, dan masyarakat dalam memimpin opini dan menggerakkan hati nurani rakyat.

Visi yang dibangun pun bukan visi jangka pendek. “Berbicara Papua bukan hanya tentang hari ini, tetapi tentang masa depan menuju Indonesia Emas 2045.” Sebuah perspektif yang membawa semua pihak untuk melihat melampaui konflik hari ini dan memandang pada sebuah cita-cita besar pembangunan nasional.

tokopedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.