Bupati Tolikara: 80 Tahun Indonesia Merdeka, Pemimpin Tidak Boleh Buat Susah Rakyat
News Sorendiweri– Pada 17 Agustus 2025, seluruh rakyat Indonesia dari perkotaan hingga pelosok desa, dari lembah subur hingga kaki pegunungan terpencil merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia. Di bawah kepemimpinan Presiden ke-8, Bapak Prabowo Subianto, perayaan ini bukan sekadar seremonial belaka, melainkan momen refleksi untuk mengevaluasi sejauh mana perjuangan para pahlawan kita lanjutkan hari ini dalam bentuk karya nyata.
Bagi Kabupaten Tolikara, kemerdekaan adalah anugerah sekaligus amanah Tuhan. Sebagai Bupati, saya meyakini bahwa wujud syukur atas kemerdekaan adalah pelayanan nyata, kerja keras, dan keberpihakan kepada rakyat. Kami memaknai kemerdekaan sebagai keadaan di mana pemimpin tidak sewenang-wenang menjalankan kekuasaan, melainkan harus ada restu rakyat dalam setiap kebijakan yang berdampak luas.
Tidak boleh ada kebijakan yang memberatkan masyarakat, seperti pemblokiran rekening warga tanpa alasan jelas, kenaikan pajak sepihak, atau pembatasan akses layanan dasar. Bagi kami, suara rakyat adalah suara Tuhan yang harus menjadi pedoman dalam kebijakan publik.
Prinsip ini kami pegang teguh berdasarkan:
-
Pancasila, terutama Sila ke-4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan).
-
Filosofi hidup Masyarakat Adat Suku Dani yang mengedepankan kebersamaan dan musyawarah.
-
Ajaran Kasih Injil yang menjadi landasan moral dalam memimpin.
Tema HUT RI ke-80: “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”
Tema ini adalah panggilan moral bagi seluruh anak bangsa, sekaligus peringatan bagi para pemimpin bahwa hanya dengan persatuan, kita bisa menjaga kedaulatan, menghadirkan kesejahteraan, dan membawa Indonesia menuju kemajuan.

Baca Juga: Dandim 1708/BN Pimpin Gladi Bersih Upacara HUT ke-80 RI di Supiori
Di Tolikara, kami menegaskan komitmen:
“Dengan Semangat HUT RI ke-80, Kita Tingkatkan Persatuan dan Kedaulatan demi Terwujudnya Tolikara yang Religius, Berbudaya, Mandiri, Adil, dan Sejahtera (TOLIKARA RAMAH).”
Makna Visi TOLIKARA RAMAH:
-
Religius → Iman adalah kompas moral dalam setiap kebijakan.
-
Berbudaya → Adat dan tradisi adalah kekuatan pembangunan.
-
Mandiri → Tolikara harus berdikari, tidak tergantung pada pihak luar.
-
Adil → Kemerdekaan harus dirasakan semua lapisan masyarakat.
-
Sejahtera → Pembangunan harus berujung pada kemakmuran rakyat.
Capaian & Terobosan Pemda Tolikara (2025)
1. Kemerdekaan di Udara: Akses Transportasi untuk Semua
Wilayah Tolikara masih menghadapi tantangan keterisolasian akibat minimnya infrastruktur jalan. Ketergantungan pada transportasi udara sangat tinggi, sehingga harga logistik mahal dan banyak distrik terisolasi.
Langkah Kami:
✔ Kerja sama dengan maskapai penerbangan perintis untuk melayani rute domestik Tolikara.
✔ Memastikan distribusi logistik lancar, evakuasi medis cepat, dan akses ekonomi terbuka.
✔ Tidak menunggu anggaran ideal dari pusat, tetapi mengambil inisiatif mandiri demi rakyat.
2. Kemerdekaan Pendidikan: SDM Unggul Tolikara
✔ Kerja sama dengan Universitas Cenderawasih (Uncen) & Universitas Papua (UNIPA) → 200 peserta dari Tolikara mengikuti seleksi.
✔ Program riset hutan tropis & carbon tax → Melibatkan akademisi untuk kelestarian alam dan ekonomi hijau.
✔ Keyakinan kami: Hutan adalah masa depan dunia, dan masyarakat adat adalah penjaganya.
3. Kemerdekaan Iman & Identitas: Revitalisasi Bukit Doa
Tolikara adalah Tanah Injil, di mana nilai-nilai Kristiani mengakar dalam budaya dan sejarah. Kami sedang:
✔ Merevitalisasi Bukit Doa di berbagai distrik sebagai pusat refleksi spiritual.
✔ Memastikan generasi muda tidak kehilangan jati diri di tengah modernisasi.
4. Kemerdekaan Tata Kelola Pemerintahan: Pemimpin yang Hadir
✔ Listrik 24 jam untuk pertama kalinya dalam sejarah Tolikara.
✔ Inspeksi langsung pengendalian inflasi & operasi pasar untuk stabilkan harga.
✔ Penyerahan langsung bantuan PKH agar tepat sasaran.
✔ Gerakan menanam pohon di perkantoran & pemukiman warga.
5. Kemerdekaan dari Inflasi: Stabilkan Harga Pangan
Provinsi Papua Pegunungan menempati peringkat ke-4 inflasi tertinggi (3,22%) karena:
-
Biaya logistik tinggi akibat minimnya jalan.
-
Ketergantungan pada pasokan luar daerah.
Solusi Kami:
✔ Tingkatkan produksi pangan lokal (umbi-umbian, ketela).
✔ Bangun cold storage besar untuk jamin stok pangan.
✔ Kembangkan koperasi komunal berbasis masyarakat.
6. Kemerdekaan Gizi: Generasi Emas Tolikara
✔ Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adaptif budaya lokal → Tidak harus beras, bisa umbi-umbian.
✔ Fokus 1.000 Hari Kehidupan → Gizi ibu hamil & balita untuk pondasi SDM unggul.
Penutup: Tolikara Maju, Indonesia Jaya
Di usia 80 tahun Indonesia merdeka, kami mengajak seluruh rakyat Tolikara untuk:
-
Bersatu, karena hanya dengan persatuan kita bisa maju.
-
Berkarya, karena kemerdekaan harus diisi dengan kerja nyata.
-
Berdoa, karena tanpa Tuhan, segala usaha sia-sia.








