News Sorendiweri– Di bawah langit cerah yang membentang di atas Kabupaten Supiori, sebuah pulau kecil nan indah di lepas pantai Papua, sebuah upacara khidmat menggelora. Suara komando tegas Kapolres Supiori, Kompol Ferdinand B. Maasawet, SIK, MH, memecah kesunyian pagi, mengiringi kibaran Sang Saka Merah Putih yang berkibar gagah di Lapangan Apel Mapolres Supiori. Pada Kamis, 21 Agustus lalu, seluruh jajaran Polres Supiori, mulai dari Perwira, Bintara, hingga Tamtiga, berkumpul dalam satu barisan rapi untuk memperingati momen bersejarah: Hari Juang Polri .
Upacara ini bukanlah sekadar rutinitas tahunan. Di tanah yang jauh dari keramaian-pikuk ibu kota, di wilayah yang tantangan geografis dan budayanya yang unik, peringatan Hari Juang Polri terasa lebih mendalam dan sarat makna. Ia menjadi mercusuar, mercusuar yang mengingatkan setiap personel tentang alasan utama keberadaan mereka: mengabdi untuk rakyat.
Makna di Balik Setiap Langkah Tegap
Dalam amanatnya yang berapi-api, Kapolres Supiori, Kompol Ferdinand B. Maasawet, menegaskan bahwa Hari Juang Polri adalah momentum refleksi dan revitalisasi semangat .
“Hari Juang Polri bukan sekedar seremonial,” tegas Kompol Maasawet dengan suara lantang yang didengar oleh seluruh personel yang hadir. “Ia adalah pengingat yang hakiki bahwa tugas kita adalah mengabdi dengan tulus, mendekatkan diri kepada masyarakat, serta menjaga keutuhan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman.”
Pernyataan ini menyentuh esensi paling dasar dari sejarah Hari Juang Polri, yang dihapuskan pada peristiwa heroik di masa revolusi. Ia mengingatkan bahwa jiwa kepolisian adalah jiwa pengabdi, pelindung, dan pengayom, yang siap berkorban untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
Kapolres melanjutkan, semangat juang itu harus diterjemahkan ke dalam aksi nyata . Bukan hanya melalui penegakan hukum yang tegas, namun lebih dari itu, melalui pelayanan yang humanis, pelayanan yang penuh empati, memahami kebutuhan, dan menghormati kearifan lokal masyarakat Supiori.

Baca Juga: Kejati Papua Sita Rp10 Miliar dari Anggota Panitia PON XX dalam Kasus Korupsi
“Kita harus hadir tidak hanya sebagai penegak hukum, tetapi sebagai sahabat warga. Setiap pelayanan surat, setiap patroli, setiap penyelesaian konflik harus mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan keikhlasan,” imbuhnya.
Sinergi: Kunci Keamanan di Bumi Supiori
Salah satu poin kunci yang ditekankan Kapolres Maasawet adalah pentingnya sinergi . Di wilayah seperti Supiori, kolaborasi yang solid bukan hanya sebuah strategi, melainkan sebuah keharusan.
“Kita tidak bisa bekerja sendirian. Sinergi bersama TNI, Pemerintah Daerah, dan seluruh elemen masyarakat adalah landasan dari keamanan dan kedamaian yang berkelanjutan,” paparnya.
Pernyataan ini sangat relevan dengan konteks Papua. Polisi tidak bisa berjalan sendiri; mereka harus terintegrasi dengan program pembangunan pemerintah daerah, berkoordinasi dengan TNI dalam menjaga kedaulatan wilayah, dan melibatkan tokoh adat dan agama dalam menciptakan keharmonisan sosial. Pendekatan kemitraan inilah yang diyakini mampu menciptakan rasa aman yang holistik, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara psikologis bagi masyarakat Supiori.
Khidmat dan Doa untuk Negeri
Upacara yang berlangsung tertib dan khidmat tersebut ditutup dengan sebuah momen yang paling mengharukan: doa bersama . Semua personel, dengan kepala tertunduk khidmat, mengumpulkan doa untuk keselamatan umat Indonesia dan kelancaran tugas-tugas Kepolisian di wilayah Kabupaten Supiori.









